Thursday, November 10, 2011

Cara menjaga Keharmonisan Suami Istri

Menurut Konfusianisme, untuk menjaga ketertiban sosial, Tiga Panduan Utama (penguasa mengayomi rakyat, ayah membimbing anak, dan suami memandu istri) dan Lima Kebajikan Tetap (belas kasih, kebenaran, kesopanan, pengetahuan, dan ketulusan) haruslah ditaati. Lebih khusus lagi, keluarga adalah pilar masyarakat manapun. Dengan demikian, keharmonisan antara suami dan istri sangatlah penting untuk mencapai stabilitas sosial.

Rumah yang Nyaman
Menurut prinsip-prinsip moral tradisional, perkawinan yang sah memerlukan pengaturan dari pencari pasangan, persetujuan orang tua, dan mengikat janji sehidup-semati dihadapan Tuhan.Pria harus bekerja dan bertanggung jawab atas urusan eksternal rumah tangga, sedangkan wanita harus mampu mengurusi bagian internal. Pria bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, dan wanita berusaha untuk menjadi istri yang pengertian dan ibu yang penuh kasih. Seorang istri harus menciptakan sebuah tempat berlindung sedemikian rupa sehingga, terlepas apakah sang suami berada jauh atau dekat, dia akan selalu rindu untuk pulang kembali. Mereka berdua paham bahwa adalah takdir pertemuan yang menyatukan mereka bersama, sehingga mereka memiliki apresiasi yang mendalam satu sama lain. Pihak pria maskulin, aktif, dan dominan, sedangkan pihak wanita feminin, lembut, dan patuh. Meskipun berbeda, mereka tahu bagaimana untuk bersikap toleran dan perhatian satu sama lain. Dibangun berdasarkan sikap saling menghormati, pernikahan mereka tak terhancurkan, rumah mereka hangat dan ramah, dan kehidupan mereka penuh warna dan harmonis.

Tiga Panduan Utama dan Lima Kebajikan Tetap adalah standar moral yang diturunkan nenek moyang kita kepada kita untuk membantu menjaga ketertiban sosial dan kekeluargaan. Standar-standar ini sesuai dengan prinsip-prinsip alam semesta dan diberkati oleh Dewa-Dewa dan Buddha. Selama 5.000 tahun sejarah Tionghoa, mereka yang telah mengikuti standar-standar ini telah mampu membangun keluarga yang makmur, kaya, dan berbudi luhur. Mereka yang melanggar standar ini akan melihat kekayaan mereka berkurang dan keluarga mereka menyusut. Bagaimanapun juga, Tao dan iblis hidup berdampingan di dunia manusia, kebaikan dan kejahatan berjalan beriringan. Seperti kata pepatah, keluarga yang mempraktikkan kebajikan memiliki banyak keberuntungan untuk diwariskan kepada generasi mendatang, sedangkan mereka yang berbuat jahat meninggalkan balasan tak berhingga yang akan dihadapi oleh anak-anak mereka.

Standar moral, merupakan bagian penting dari budaya tradisional yang diwariskan oleh Langit, merupakan dasar dari peradaban manusia. Dengan demikian, manusia harus mematuhi pengaturan alam dan berperilaku sesuai dengannya. Sebagai jangkar masyarakat, setiap keluarga harus memastikan pertumbuhan yang sehat dan mempertahankan eksistensi yang berkelanjutan. Dengan memperhatikan standar moral akan memungkinkan baik suami maupun istri untuk tetap tenang di tengah-tengah dunia sekuler yang kacau, bahagia satu sama lain, dan menikmati umur panjang.

Perubahan Nilai dan Standar Moral
Hilangnya kepercayaan lurus terhadap Tuhan akhirnya menyebabkan kehancuran dasar moral, di mana keluarga dan masyarakat yang normal tumbuh dan berkembang.

Revolusi Kebudayaan yang berlangsung dari tahun 1966 sampai tahun 1976 mendorong perempuan ke dalam masyarakat dan mendorong mereka ke panggung politik. Perempuan yang "terbebaskan" ini diberitahu bahwa mereka setara dengan laki-laki dan didorong untuk berperang bersama rekan-rekan politik pria mereka. Seiring waktu berlalu, baik pria maupun wanita tanpa disadari menjadi ternetralkan. Pria menjadi kurang maskulin dan perempuan kurang feminin. Wanita, khususnya, berakhir pada situasi memikul beban yang lebih banyak. Mereka pergi ke luar untuk bekerja, namun mereka juga masih memegang tanggung jawab utama untuk mengurus pekerjaan rumah tangga, membesarkan anak, dan merawat orang tua. Sebagai akibat dari ketidakseimbangan, banyak keluarga mengalami konflik dan menjadi tidak stabil.
Seperti kata pepatah, orang yang tidak bisa membedakan yang benar dan yang salah akan mengundang setan. Saat ini di China, banyak orang tidak percaya bahwa kebaikan dan kejahatan akan menerima balasan karena mereka menjadi korban momok komunis. Landasan moral mereka telah hancur. Para pria dan wanita yang secara sukarela menyerahkan diri sejati dan jiwa mereka tidak ada bedanya dengan mayat berjalan atau binatang tanpa belas kasih. Mereka menurunkan kewaspadaan mereka dan tidak melakukan pembatasan pada perilaku asusila mereka. Dalam mengejar kebebasan seksual, mereka melakukan persetubuhan tanpa aturan dan tiada henti mencari dan memuaskan rasa lapar tak berbatas mereka akan kepentingan-kepentingan material. Mereka sedang menuju ke arah kerusakan dari segi norma kepatutan.

Pada sekarang ini di China, seseorang tidak bisa lagi menemukan jejak kebudayaan tradisional China maupun kemurnian yang berasal dari itu. Runtuhnya moralitas dan pengejaran kebebasan seksual dan kepentingan pribadi adalah alasan mendasar yang menyebabkan periode akhir Dharma. Sementara itu, ilmu pengetahuan modern telah memberikan semua kenyamanan bagi orang untuk mengejar hedonisme. Banyak orang tidak keberatan menggunakan segala cara yang tersedia untuk memaksimalkan kepentingan materi dan kenikmatan hedonistik mereka. Pada akhirnya, ilmu pengetahuan menjadi katalis yang mendorong manusia ke arah kerusakan moral dan sejarah menuju kehancuran.

Dalam hal mencari pasangan, ada fenomena yang disebut "punya dua dan tidak punya dua" yang populer di kalangan anak muda di China pada masa kini. Perkataan ini berarti mereka ingin pasangan mereka memiliki rumah dan mobil, namun tanpa ibu dan ayah yang perlu dikhawatirkan. Standar tersebut berlawanan sepenuhnya terhadap tujuan pernikahan, yaitu, untuk menghasilkan keturunan. Banyak pria dan wanita hidup bersama terlebih dahulu tanpa menikah. Prostitusi telah menjadi karir yang terbuka, profesional, dan dapat dipasarkan. Perselingkuhan merajalela, dengan banyak suami memiliki satu, dua, atau bahkan lebih dari dua wanita simpanan. Perceraian tampak seperti mode, dan tak seorangpun berpikir bahwa homoseksualitas adalah sesuatu yang salah.

Kurangnya keyakinan yang lurus telah menyebabkan rusaknya masyarakat dan keluarga. Rata-rata lebih dari 2.000 perceraian terjadi di China setiap hari. Pengejaran akan kebebasan seks telah menelan korban pada pelakunya. Penyakit menular seksual menyebar dengan cepat di berbagai daerah. Banyak orang telah kehilangan harapan dan semangat. Mereka menjadi tertekan dan menderita karena kesehatan yang melemah. Beberapa bahkan mati muda atau mengalami kesulitan hamil untuk melahirkan generasi berikutnya. Bahkan bagi mereka yang mampu menghasilkan generasi penerus, anak-anak mereka sering kali lahir dengan segala macam masalah kesehatan. Ini adalah fenomena mengkhawatirkan yang membahayakan masa depan bangsa China.

Sejarah telah membuktikan bahwa mengabaikan prinsip-prinsip moral akan mengarah pada kehancuran keluarga, pilar pembangun yang menjadi tumpuan seluruh masyarakat. Orang-orang yang terjebak dalam keadaan membingungkan ini tidak tahu bahwa ini adalah momok komunis yang sedang mencoba untuk menyapu manusia dari landasan masyarakat.

Pembebasan sifat alami keiblisan masyarakat berefek pada kemerosotan, menyebabkan keluarga dan kemudian seluruh masyarakat hancur. Banyak keluarga hanya menjadi formalitas tanpa pernikahan sesungguhnya antara suami dan istri. Rumah yang sebelumnya adalah tempat bernaung yang nyaman sebaliknya telah menjadi makam ketidakbahagiaan tempat mengubur pikiran dan jiwa mereka.

Keluarga adalah pilar dari masyarakat. Jika tidak ada pilar, apakah ada harapan bagi struktur masyarakat yang tersisa? Jika semua negara di dunia ini jadi begini, bumi ini akan berubah buruk seperti apel busuk. Di mana jalan keluar bagi umat manusia? Apakah ada harapan?

Tekankan Tiga Panduan Utama dan Lima Kebajikan Tetap

Keberadaan dan kemajuan umat manusia ditentukan oleh hukum-hukum alam dan segala sesuatu telah diatur secara dini oleh Langit. Seorang pria dan seorang wanita tidak akan pernah menikah jika mereka tidak ditakdirkan untuk menjadi suami dan istri. Tidak peduli bagaimana orang menemukan pasangannya, baik melalui usaha mereka sendiri, dikenalkan oleh orang lain, atau diatur oleh orang tua, ia pasti akan berakhir hidup dengan orang yang sama jika mereka ditakdirkan untuk menjadi suami-istri. Bagaimana jadinya pernikahan semua tergantung pada takdir pertemuan antara suami dan istri. Baik itu keberhasilan atau kegagalan, itu adalah kebajikan pasangan dan karma yang terakumulasi dalam kehidupan mereka sebelumnya yang berperan.

Selain kasih sayang, ada juga rasa utang-piutang yang dimiliki satu sama lain oleh suami dan istri dari kehidupan yang lampau. Pria harus bertanggung jawab untuk wanita, yang mempercayakan seluruh hidupnya kepadanya. Wanita, di sisi lain, harus peduli terhadap suami. Dalam reinkarnasi yang tak berujung, tidak ada yang dapat membawa ketenaran dan kepentingan materi ke liang kubur, tetapi kebajikan dan karma akan selalu terbawa. Yang paling buruk adalah persetubuhan tanpa aturan, yang akan menghasilkan karma yang sangat besar. Begitu seseorang melakukan persetubuhan yang terlarang, baik itu seks sebelum menikah atau dengan selingkuhannya, keberuntungannya akan berkurang, dan ia mungkin hanya akan mewariskan karma kepada keturunannya. Namun, pikiran seseorang menentukan perilakunya. Akan sangat tak ternilai berharganya jika seseorang bisa menahan pikiran jahat dan berhenti melakukan hal-hal buruk.

sumber: era baru

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

0 comments:

Post a Comment