Sunday, June 20, 2010

Ayam Jantan Tua

Kedua orang tua Zhu Che sudah lama meninggal, dia tinggal bersama abang dan kakak iparnya, Zhu Che adalah seorang yang sangat rajin dan ramah, abang dan kakak iparnya sangat tidak baik kepadanya, setiap hari menyuruh dia mengerjakan banyak pekerjaan, selain pekerjaan rumah semua pekerjaan di ladang juga harus dia yang kerjakan seperti membelah kayu, memelihara ayam, menimba air di sumur dari pagi sampai malam dia bekerja dengan keras. Tetapi Zhu Che selamanya tidak pernah mengeluh dia mengerjakan semua pekerjaan dengan gembira.

Walaupun dia begitu rajin tetapi abang dan kakak iparnya masih tidak puas terhadapnya, mereka keberatan harus memberi makan kepadanya. Setelah beberapa tahun, mereka membagi harta, mereka mengusir dia tinggal disebelah rumah yang sudah reyot dan bocor. Abang dan kakak iparnya mendapat sawah yang subur, dia hanya mendapat sepetak ladang yang gersang dan seekor ayam jantan tua yang sudah tidak bisa berkokok.

Mendapat pembagian harta yang tidak adil Zhu Che sedikitpun tidak marah kepada abang dan kakaknya ipar, dalam hati dia berpikir walaupun tidak ada sawah untuk menanam padi tetapi ladangnya masih bisa ditanami kacang kedelai, lumayan juga. Akhirnya dia menanam kacang kedelai, kacang kedelai yang ditanam cukup dimakan olehnya. Ketika musim dingin cuaca sangat dingin tetapi dia masih mempunyai rumah tua untuk berteduh dan ketika dimalam yang sepi dia masih ditemani oleh seekor ayam jantan tua. Zhu Che merasa sangat puas dengan kehidupan yang demikian sederhana. Dia membuat sebuah kandang yang cantik untuk ayam jantannya, setiap hari memberi dia makan tiga kali, ketika hari hujan dengan tergesa-gesa dia memasukan kandang ayam kerumahnya, supaya ayam jantannya tidak basah diterpa hujan. Ketika hari cerah, dia akan membawa ayam jantannya berjalan-jalan berjemur matahari. Ketika sedang senggang dia akan mengobrol dengan ayam jantannya dan ayam jantannya seolah-olah mengerti apa yang diomonginya.

Zhu Che sehari-hari sangat rajin bekerja, walaupun abang dan kakak iparnya sangat tidak baik terhadapnya, tetapi dia tidak peduli, kadang-kadang dia akan membawa ayam jantannya berkunjung kerumah abang dan kakak iparnya, melihat kedatangannya kakak iparnya bersikap sangat dingin. Abangnya pura-pura tidak melihat kedatangannya, walaupun mereka bersikap demikian tetapi Zhu Che tetap menyapa mereka dengan ramah.

Pada suatu hari ayam jantan yang tidak bisa berkokok ini, tiba-tiba berbicara kepada Zhu Che : “Zhu Che” Zhu Che melihat ayamnya tiba-tiba bisa berbicara sangat gembira. Ayam Jantan tua lalu berkata :”Zhu Che, engkau sangat baik terhadap saya, engkau takut saya kelaparan, takut saya kehujanan, dikandang saya ada sedikit tahi ayam, sekarang engkau pergi kesana mengambilnya lalu engkau sebarkan dibawah pohon kacang kedelai yang ada diladangmu.”

Zhu Che lalu mengambil tahi ayam dikandang ayam dan menyebarkan dibawah sebatang pohon kacang kedelainya, sungguh aneh begitu ditaruh tahi ayam, pohon kacang kedelainya langsung berbunga dan menghasilkan banyak kacang kedelai yang besar-besar.

Pada saat ini, ayam jantan berkata lagi :”Zhu Che, Zhu Che, cepat petik kacang-kacang kedelai ini, lalu letakan di periuk dan memasaknya. Zhu Che setelah memetik kacang-kacang kedelai ini lalu pergi kedapur dan meletakan didalam periuk dan memasaknya. Sambil menunggu kacang kedelai ini masak dengan termenung dia memandang kedalam bara api, lalu dia mendengar ayam jantannya berkata lagi :”kacang-kacang ini besar-besar, engkau harus memasaknya agak lama sedikit. Sekarang engkau pergi tidur, setelah tengah malam saya akan membangunkan engkau.”

Setelah tengah malam, ayam jantannya dengan berkokok memanggilnya. Zhu Che segera bangun bermaksud memakan kacang kedelainya. Begitu dia membuka tutup periuk tercium bau harum dan kepulan asap putih, dengan gembira Zhu Che mengambil sendok menyendok setangkai demi setangkai kacang-kacang kedelai yang berkulit hijau.

Begitu kacang kedelai ini diangkat dari air, segera terdengar suara “plik plak” kelihatan kulit kacang terbelah, didalam kegelapan malam, terlihat seberkas sinar terang keluar dari kacang-kacang ini. Ketika Zhu Che mengupas kulit kacang terlihat butir-butir kacang kedelai emas yang bersinar-sinar, bagaikan bintang-bintang yang berkemilau dilangit.

Dia tidak tahu apa yang terjadi, dia lalu lari kekandang ayam bertanya kepada ayam jantannya apakah kacang-kacang kedelai ini bisa dimakan?.

Ayam jantannya berkata :”Tidak boleh dimakan, tidak boleh dimakan, kacang-kacang kedelai ini sangat berharga, cepat engkau pergi menjualnya lalu engkau membeli seekor lembu untuk membantumu diladang supaya engkau tidak kecapaian.” Dengan gembira Zhu Che lalu memeluk ayam jantan dengan erat-erat sebagai tanda terima kasihnya.

Abang dan kakak iparnya melihat dia tiba-tiba membeli seekor lembu, lalu mereka mengintrogasinya.

Ketika mereka berdua mendengar keajaiban ayam jantan ini, dengan tiba-tiba mereka lalu merebut ayam jantannya dan membawa pulang kerumah mereka, walaupun sedih tetapi Zhu Che tidak ingin bertengkar dengan abang dan kakak iparnya dia hanya bisa diam saja.

Abang dan kakak iparnya meladeni ayam jantan ini bagaikan seorang raja, mereka memasak masakan yang enak dan menyediakan tempat tidur yang empuk untuknya.

Pada suatu hari akhirnya ayam jantan ini berkata kepada abang dan kakak iparnya :”Kalian berdua sangat baik terhadap saya, disini ada sedikit tahi ayam kalian ambil, dan sebarkan dibawah pohon kacang kedelai.”

Dengan gembira abang dan kakak iparnya mengambil tahi ayam yang berada ditempat tidur, tetapi tanah mereka adalah sawah yang ditanami padi yang subur, mana mungkin bisa menanam kacang kedelai.

Kakak iparnya berkata :”Mari kita pergi ketempat adikmu mengganti ladangnya dengan sawah kita yang ditumbuhi padi yang subur ini, dia pasti mau, jika kita menyebarkan semua tahi ayam ini diladang pasti akan tumbuh lebih banyak lagi kacang-kacang kedelai emas.”

Abangnya lalu berkata :”Benar, engkau sungguh cerdik.”

Zhu Che selalu patuh kepada abang dan kakak iparnya akhirnya dia membiarkan mereka mengganti ladangnya dengan sawah mereka.

Setelah mereka mendapat ladangnya, lalu mereka menanam kacang-kacang kedelai, setiap hari mereka memukul ayam jantannya supaya mereka mendapat lebih banyak tahi ayam yang akan mereka sebarkan disetiap pohon-pohon kacang-kacang kedelai. Ayam jantan tua tidak tahan disiksa lalu lari pulang ke rumah Zhu Che, Zhu Che sangat gembira melihat ayam jantannya sudah pulang lagi kerumahnya.

Abang dan kakak iparnya tidak sabar menunggu sampai kacang-kacang kedelai ini tua, mereka tergesa-gesa memetiknya dan mengambil sebuah periuk yang besar memasukan semuanya kedalam periuk, mereka bekerja keras sepanjang malam dan tidak tidur sepanjang malam duduk di tungku menjaganya, sebentar-bentar mereka membuka tutup periuk melihat apakah kacang-kacang kedelai ini sudah masak?. Ketika mereka mendengar suara “plik plak, plik plak” dengan gembira mereka segera membuka tutup periuk didalam periuk terlihat seberkas sinar yang terang, dengan gembira mereka tertawa terbahak-bahak.

Ketika mereka mengangkat setangkai demi setangkai kacang kedelai yang berkulit hijau, sebelum mereka membuka kulitnya, kacang-kacang kedelai emas meloncat keluar dari kulitnya membar ke wajah mereka, wajah mereka sangat kesakitan dilengketi oleh butir-butir kacang kedelai emas yang masih panas, mereka segera mencabuti butiran kacang kacang ini, tetapi bagaimanapun mereka mencoba, butiran kacang-kacang kedelai ini tidak bisa lepas bagaikan sudah berakar disana.

Abangnya dengan marah membentak kakak iparnya:” semua ini gara-gara idemu, sekarang kita harus bagaimana?”

Kakak iparnya lalu berkata : “sudah, jangan banyak ngomong lagi, lihat wajah saya ini, bagaimana saya harus menghadapi orang lain?”

Ketika mereka bertengkar dengan seru, hari sudah terang, seperti biasanya Zhu Che dengan ayam jantannya datang berkunjung kerumah mereka. Begitu dia memasuki rumah mereka, dia melihat wajah mereka penuh dengan butiran kacang-kacang kedelai yang bersilau dengan terang, dengan terbengong dia membuka mulutnya tetapi tidak ada sepatahpun kata yang keluar. Ayam jantan yang berdiri disampingnya segera terbang ke depan mereka, dengan mulutnya dia mematuk setiap butir kacang-kacang kedelai emas dan menelan kedalam perutnya.

Abang dan kakak iparnya merasa lega, tetapi setelah melihat butiran kacang-kacang kedelai emas ditelan oleh ayam jantan, mereka berdua dengan tangannya bermaksud menangkap ayam jantan ini dan memotong ayam jantan ini mengeluarkan butiran kacang-kacang kedelai tersebut dari perut ayam jantan ini. Tetapi ayam jantan ini dengan mengepak sayapnya terbang keluar dari jendela, sejak saat itu mereka tidak bisa menemukan ayam jantan ini lagi,

Sekarang mereka berdua sadar bahwa mereka telah mengganti sawah mereka yang subur dengan ladang yang tandus, mereka juga tidak mendapatkan kacang-kacang kedelai emas, yang mereka dapat adalah wajah bopeng yang penuh bekas-bekas butiran kacang-kacang kedelai emas. Mereka hanya dapat menangis dengan penuh penyesalan.

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

0 comments:

Post a Comment