Monday, June 21, 2010

Lilin yang Menerangi Hati

George adalah seorang pedagang bahan-bahan kulit. Usianya sudah pertengahan abad, tetapi usahanya belum menampakkan keberhasilan. Suasana hatinya sangat buruk, sering marah-marah tanpa sebab, selalu merasa setiap orang akan menipu dia. Akhirnya suatu hari dia berkata kepada istrinya : “kota ini membuat saya sangat putus asa, saya akan meninggalkan tempat ini mencari suatu kehidupan yang lain.”

Akhirnya suami-istri ini pindah ke kota lain, tinggal di apertemen yang baru, pada akhir pekan yang pertama, saat suami-istri tersebut sedang membereskan barang-barang pindahan mereka, tiba-tiba mati listrik, dalam rumah sangat gelap, George sangat menyesal sewaktu pindah tidak membawa lilin, sehingga hanya dapat duduk di lantai dengan kesal. Pada saat ini, pintu rumahnya diketuk perlahan-lahan, ketukan pintu tersebut terdengar saat jelas pada saat malam yang sunyi ini.

“Siapa?” George tidak punya teman di kota asing ini, dan tidak ingin diganggu oleh tetangga disekelilingnya, dengan kesal dia berdiri dan dengan meraba-raba dia mencari jalan menuju ke pintu dengan kesal membuka pintu, didepan pintu dia melihat seorang gadis kecil berdiri di depan pintu, dengan mata yang bundar melihat kearah George dan berkata :”Tuan, saya adalah tetangga anda, apakah anda mempunyai lilin?” “Tidak ada” George dengan kesal menjawab, “Plak” dengan bunyi keras dia menutup pintu kamar. “Sungguh menyebalkan!” dia menggerutu kepada istrinya: “Tetangga yang menyebalkan, kita baru pintu sudah datang meminjam barang, lain kali lebih parah lagi.”

Pada saat dia marah-marah tersebut terdengar ketukan pintu lagi, dia membuka pintu dan diluar pintu masih berdiri gadis kecil tersebut, tetapi saat ini dikedua tangan gadis tersebut membawa dua batang lilin yang bernyala warna merah, bagaikan kedua pipi gadis kecil tersebut, dan berkata: “Kata nenek, tetangga di lantai bawah baru pindah, mereka kemungkinan tidak membawa lilin, dan menyuruh saya menyerahkan lilin tersebut untuk anda.”

George pada saat itu terhenyak, dia sangat terkejut akan perkataan gadis kecil tersebut, setelah dia tersadar dia berkata “Terima kasih, gadis kecil, dan sampaikan juga terima kasih pada nenekmu, Tuhan melindungi kalian.”

Pada saat itu George menyadari semuanya, dia jadi mengerti bahwa ketidakberhasilan hidupnya selama ini karena sifatnya yang selalu curiga dan mempunyai prasangka buruk terhadap orang lain, dalam hidup ini yang menipu kita sebenarnya bukan orang lain tetapi diri kita sendiri, karena tidak mau membuka hati nurani untuk melihat hanya dengan mata kita yang selalu dapat menipu diri kita sendiri, jika kita dapat membuka hati nurani kita, kita dapat melihat dengan jelas.

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

0 comments:

Post a Comment